Ketika
anak itu tumbuh dewasa, ibunya itu mengirimnya ke mesjid dan
menyerahkannya kepada lelaki saleh agar belajar kebaikan dan ibadah
darinya. Anak itu berada di sisinya. Pada suatu malam—ketika ia telah
menginjak dewasa—ia tidur, lalu ia mendengar ada suara yang datang dari
sisi mesjid. Ia bangun dalam keadaan ketakutan dan mengira bahwa syaikh
atau gurunya memanggilnya. Ia segera menuju gurunya dan bertanya:
"Apakah engkau memang memanggilku?" Guru itu tidak ingin
menakut-nakutinya maka ia berkata: "Ya, ya." Anak itu pun tidur kembali.
Kemudian suara itu lagi-lagi memanggilnya untuk kedua kalinya dan
ketiga hingga ia bangun dan melihat malaikat Jibril memanggilnya:
"Tuhanmu telah mengutusmu kepada kaummu." Pada suatu hari, Bani Israil
menemui nabi yang mulia ini. Mereka bertanya kepadanya: "Tidakkah kami
orang-orang yang teraniaya?" Dia menjawab: "Benar." Mereka berkata:
"Tidakkah kami orang-orang yang terusir?" Dia menjawab: "Benar." Mereka
mengatakan: "Kirimkanlah untuk kami seorang raja yang dapat mengumpulkan
kami di bawah satu bendera agar kita dapat berperang di jalan Allah SWT
dan agar kita dapat mengembalikan tanah kita dan kemuliaan kita." Nabi
mereka berkata kepada mereka dan tentu ia lebih tahu daripada mereka:
"Apakah kalian yakin akan menjalankan peperangan jika diwajibkan
peperangan atas kalian?"
Mereka
menjawab: "Mengapa kami tidak berperang di jalan Allah SWT sedangkan
kami telah terusir dari negeri kami, dan anak-anak kami pun terusir
serta keadaan kami makin memburuk." Nabi mereka berkata: "Sesungguhnya
Allah SWT telah mengutus Thalut sebagai penguasa bagi kalian." Mereka
berkata: "Bagaimana ia menjadi penguasa atas kami sedangkan kami lebih
berhak mendapatkan kekuasaan itu daripadanya. Lagi pula, ia bukan
seorang yang kaya, sedangkan di antara kami ada orang yang lebih kaya
daripadanya."
Nabi
mereka berkata: "Sesungguhnya Allah SWT memilihnya atas kalian karena ia
memiliki keutamaan dari sisi ilmu dan fisik. Dan Allah SWT memberikan
kekuasaan-Nya kepada siapa pun yang Dia kehendaki." Mereka berkata: "Apa
tanda kekuasaa-Nya?" Nabi menjawab: "Kitab Taurat yang dirampas musuh
kalian akan kembali kepada kalian. Kitab itu akan dibawa oleh para
malaikat dan diserahkan kepada kalian. Ini adalah tanda kekuasaan-Nya."
Mukjizat tersebut benar-benar terjadi di mana pada suatu hari Taurat
kembali kepada mereka.
Pembentukan
pasukan Thalut dimulai. Thalut telah menyiapkan tentaranya untuk
memerangi Jalut. Jalut adalah seseorang yang perkasa dan penantang yang
hebat di mana tak seorang pun mampu mengalahkannya. Pasukan Thalut telah
siap. Pasukan berjalan dalam waktu yang lama di tengah-tengah gurun dan
gunung sehingga mereka merasakan kehausan. Raja Thalut berkata kepada
tentaranya: "Kita akan menemui sungai di jalan. Barangsiapa yang
meminumnya maka hendaklah ia akan keluar dari pasukan dan barangsiapa
yang tidak mencicipinya dan hanya sekadar membasahi kerongkongannya maka
ia akan dapat bersamaku dalam pasukan."
Akhirnya,
mereka mendapati sungai dan sebagian tentara minum darinya dan kemudian
mereka keluar dari barisan tentara. Thalut telah menyiapkan ujian ini
untuk mengetahui siapa di antara mereka yang menaatinya dan siapa yang
membangkangnya; siapa di antara mereka yang memiliki tekad yang kuat dan
mampu menahan rasa haus dan siapa yang memiliki keinginan yang lemah
dan gampang menyerah.
Thalut
berkata kepada dirinya sendiri: "Sekarang kami mengetahui orang-orang
yang pengecut sehingga tidak ada yang bersamaku kecuali orang-orang yang
berani." Jumlah pasukan memang berpengaruh tetapi yang paling penting
dalam pasukan adalah, sifat keberanian dan iman, bukan semata-mata
jumlah dan senjata. Lalu datanglah saat-saat yang menentukan bagi
pasukan Thalut. Mereka berdiri di depan pasukan musuhnya, Jalut. Jumlah
pasukan Thalut sedikit sekali tetapi pasukan Musuh sangat banyak dan
kuat.
Sebagian
orang-orang yang lemah dari pasukan Thalut berkata: "Bagaimana mungkin
kita dapat mengalahkan pasukan yang perkasa itu?" Kemudian orang-orang
mukmin dari pasukan Thalut menjawab: "Yang penting dalam pasukan adalah
keimanan dan keberanian. Berapa banyak kelompok yang sedikit mampu
mengalahkan kelompok yang banyak dengan izin Allah SWT." Allah SWT
berfirman:
"Apakah
kamu tidak memperhatikan pemuka-pemuka Bani Israil sesudah nabi Musa,
yaitu ketika mereka berkata kepada seorang nabi mereka: 'Angkatlah untuk
kami seorang raja agar kami berperang (di bawah pimpinannya) dijalan
Allah. Nabi mereka menjawab: 'Mung-kin sehali jika kamu diwajibkan
berperang, kamu tidah akan berperang.' Mereka menjawab: 'Mengapa kami
tidak mau berperang di jalan Allah, padahal kami sesungguhnya telah
diusir dari kampung halaman kami dan dari anak-anak kami.' Maka tatkala
perang itu diwajibkan atas mereka, mereka pun berpaling, kecuali
beberapa orang yang saja di antara mereka. Dan Allah Maha Mengetahui
orang-orang yang lalim. Nabi mereka mengatakan kepada mereka:
'Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu.' Mereka
menjawab: 'Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak
mengendalihan pemerintahan daripadanya, sedang diapun tidak diberi
kekayaan yang banyak?' (Nabi mereka) berkata: 'Sesungguhnya Allah telah
memilihnya menjadi rajamu dan menganugerahi ilmu yang luas dan tubuh
yang perkasa.' Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang
dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Luas Pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui.
Dan Nabi mereka mengatakan kepada mereka: 'Sesungguhnya tanda ia akan
menjadi raja, ialah kembalinya tabut kepadamu, di dalamnya terdapat
ketenangan dari Tuhanmu dan sisa dari peninggalan keluarga Musa dan
keluarga Harun; tabut itu dibawa oleh malaikat. Sesungguhnya pada yang
demikian itu terdapat tanda bagimu, jika kamu orang yang beriman. Maka
tatkala Thalut keluar membawa tentaranya, ia berkata: 'Sesungguhnya
Allah akan menguji kamu dengan suatu sungai. Maka siapa di antara kamu
meminum airnya, bukanlah ia pengikutku. Dan barangsiapa tiada
rneminumnya, kecuali menceduk seceduk tangan, maka ia adalah pengikutku.
Kemudian mereka meminumnya kecuali beberapa orang di antara mereka.
Maka tatkala Thalut dan orang-orang yang beriman bersama dia telah
menyeberangi sungai itu, orang-orang yang telah minum berkata: 'Tak ada
kesanggupan kami pada hari ini untuk melawan Jalut dan tentara-nya.'
Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah berkata:
'Berapa banyak yang terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan
golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta
orang-orangyang sabar.'" (QS. al-Baqarah: 246-249)
Jalut
tampak membawa baju besinya bersama pedangnya. Tampaknya ia menantang
seseorang untuk berduel dengannya. Semua tentara Thalut merasa takut
untuk menghadapinya. Di saat-saat tegang ini, muncullah dari pasukan
Thalut seorang pengembala kambing yang kecil, yaitu Daud. Daud adalah
seorang yang beriman kepada Allah SWT. Ia mengetahui bahwa keimanan
kepada Allah SWT adalah hakikat kekuatan di alam ini, dan bahwa
kemenangan bukan semata-mata ditentukan banyaknya senjata dan kuatnya
tubuh.
Daud maju dan
meminta kepada raja Thalut agar mengizinkannya berduel dengan Jalut.
Namun si raja pada hari pertama menolak permintaan itu. Daud bukanlah
seorang tentara, ia hanya sekadar pengembala kambing yang kecil. Ia
tidak rnemiliki pengalaman dalam peperangan. Ia tidak memiliki pedang,
senjatanya adalah potongan batu bata yang digunakan untuk mengusir
kambingnya. Meskipun demikian, Daud mengetahui bahwa Allah SWT adalah
sumber kekuatan yang hakiki di dunia ini. Karena ia seorang yang beriman
kepada Allah SWT, maka ia merasa lebih kuat daripada Jalut.
Pada
hari kedua, ia kembali meminta izin agar diberi kesempatan untuk
memerangi Jalut. Lalu raja memberikan izin kepadanya. Raja berkata
kepadanya: "Seandainya engkau berani memeranginya, maka engkau menjadi
pemimpin pasukan dan akan menikahi anak perempuanku." Daud tidak peduli
dengan iming-iming tersebut. Ia hanya ingin berperang dan memenangkan
agama. Ia ingin membunuh Jalut, seorang lelaki yang sombong yang lalim
dan tidak beriman kepada Allah SWT, Raja mengizinkan kepada Daud untuk
berduel dengan jalut.
Daud
maju dengan membawa tongkatnya dan lima buah batu serta katapel. Jalut
maju dengan dilapisi senjata dan baju besi. Jalut berusaha mengejek Daud
dan merendahkannya serta menertawakan kefakirannya dan kelemahannya.
Kemudian Daud meletakkan batu yang kuat di atas katapelnya, lalu ia
melepaskannya di udara sehingga batu itu pun meluncur dengan keras.
Angin menjadi sahabat Daud karena ia cinta kepada Allah SWT sehingga
angin itu membawa batu itu menuju ke dahi Jalut. Batu itu membunuhnya.
Jalut yang dibekali senjata yang lengkap itu tersungkur ke tanah dan
mati.
Daud, seorang
pengembala yang baik, mengambil pedangnya. Dan berkecamuklah peperangan
di antara kedua pasukan. Peperangan dimulai saat pemimpinnya terbunuh
dan rasa ketakutan menghinggapi seluruh pasukannya, sedangkan pasukan
yang lain dipimpin oleh seorang pengembala kambing yang sederhana.
Allah SWT berfirman:
"Tatkala
mereka tampak oleh jalut dan tentaranya, mereka pun berdoa: 'Ya Tuhan
kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian
kami terhadap orang-orang kafir.' Mereka (tentara Thalut) mengalahkan
tentarajalut dengan izin Allah memberinya kepadanya (Daud) pemerintahan
dan hikmah, (sesudah meninggalnya Thalut) dan mengajarkan kepadanya apa
yang dikehendaki-Nya. Seandainya Allah tidak menolak (keganasan)
sebagian manusia dengan sebagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini.
Tetapi Allah mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas semesta alam."
(QS. al-Baqarah: 250-251)
Setelah
Daud membunuh jalut, ia mencapai puncak ketenaran di tengah-tengah
kaumnya sehingga ia menjadi seorang lelaki yang paling terkenal di
kalangan Bani Israil. Beliau menjadi pemimpin pasukan dan suami dari
anak perempuan raja. Namun Daud tidak begitu gembira dengan semua ini.
Beliau tidak bertujuan untuk mencapai ketenaran atau kedudukan atau
kehormatan, tetapi beliau berusaha untuk menggapai cinta Allah SWT. Daud
telah diberi suatu suara yang sangat indah dan mengagumkan. Daud
bertasbih kepada Allah SWT dan mengagungkan-Nya dengan suaranya yang
menarik dan mengundang decak kagum. Oleh karena itu, setelah mengalahkan
Jalut, Daud bersembunyi. Beliau pergi ke gurun dan gunung. Beliau
merasakan kedamaian di tengah-tengah makhluk-makhluk yang lain. Di saat
mengasingkan diri, beliau bertaubat kepada Allah SWT.
Allah SWT berfirman:
"Dan
sesungguhnya telah Kami berikan kepada Daud karunia Kami. (Kami
berfirman): 'Hai gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah
berulang-ulang bersama Daud', dan Kami telah melu-nakkan besi padanya.
(Yaitu) buatlah baju besi yang besar-besar dan ukurlah anyamannya; dan
kerjakanlah amalan yang saleh. Sesungguhnya Aku melihat apa yang kamu
kerjakan." (QS. Saba': 10-11)
"Dan
telah Kami tundukkan gunung-gunung dan burung-burung, semua bertasbih
bersama Daud, dan Kamilah yang melakukannya. Dan telah Kami ajarkan
kepada Daud membuat baju besi kepada kamu, guna memelihara kamu dalam
peperanganmu; Maka hendaklah kamu bersyukur (kepada Allah)." (QS.
al-Anbiya': 79-80)
Ketika
Daud duduk, maka ia bertasbih kepada Allah SWT dan memuliakan-Nya.
Allah SWT memilih Daud sebagai Nabi dan memberinya Kitab Zabur. Allah
SWT berfirman:
"Dan Kami berikan Kitab Zabur kepada Daud." (QS. al-Isra': 55)
Zabur
adalah kitab suci seperti Kitab Taurat. Daud membaca kitab tersebut dan
bertasbih kepada Allah SWT. Saat beliau bertasbih, gunung-gunung juga
ikut bertasbih, dan burung-burung pun berkumpul bersama beliau.
Allah SWT berfirman:
"Dan
ingatlah hamba Kami Daud yang mempunyai kekuatan; sesungguhnya dia amat
taat (kepada Tuhan). Sesungguhnya Kami menundukkan gunung-gunung untuk
bertasbih bersama dia (Daud) di waktu pagi dan petang, dan (Kami
tundukkan pula) burung-burung dalam keadaan terkumpul. Masing-masing
amat taat kepada Allah. Dan Kami kuatkan kerajaannya dan Kami berikan
hikmah dan kebijaksanaan dalam menyeksaikan perselisihan." (QS. Shad:
17-20)
Gurun
terbentang sehingga mencapai ufuk. Ini adalah hari puasa Daud. Nabi Daud
berpuasa pada suatu hari dan berbuka pada hari yang lain. Inilah yang
disebut dengan Shiam ad-Dahr. Daud membaca Kitab Zabur dan merenungkan
ayat-ayatnya. Gunung-gunung bertasbih bersamanya. Gunung menyempurnakan
pembacaan ayat tersebut, dan terkadang beliau diam sementara gunung itu
menyempurnakan tasbihnya. Bukan hanya gunung yang bertasbih bersama
beliau, burung-burung pun ikut bertasbih. Ketika Daud mulai membaca
Kitab Zabur yang suci maka burung-burung, binatang-binafang buas, dan
pohon-pohon pun berkumpul di sisinya, bahkan gunung-gunung ikut
bertasbih. Bukan hanya karena ketulusan Daud yang menjadi penyebab
bertasbihnya gunung-gunung atau burung-burung bersama beliau; bukan
hanya keindahan suaranya yang menjadi penyebab bertasbihnya
makhluk-makhluk yang lain bersama beliau, namun ini adalah mukjizat dari
Allah SWT kepadanya sebagai Nabi yang memiliki keimanan yang agung,
yang cintanya kepada Allah SWT sangat tulus. Bukan hanya ini mukjizat
yang diberikan kepada beliau, Allah SWT juga memberinya ilmu atau
kemampuan untuk memahami bahasa burung dan hewan-hewan yang lain.
Pada
suatu hari, beliau merenung dan mendengarkan ocehan burung yang
berdialog satu sama lain. Lalu beliau mengerti apa yang dibicarakan
burung-burung itu. Allah SWT meletakkan cahaya dalam hatinya sehingga ia
memahami bahasa burung dan bahasa hewan-hewan yang lain. Daud sangat
mencintai hewan dan burung. Beliau berlemah lembut kepada hewan-hewan
itu, bahkan beliau merawatnya ketika hewan-hewan itu sakit sehingga
burung-burung dan binatang yang lain pun mencintainya. Di samping
kemampuan memahami bahasa burung, Allah SWT juga memberinya hikmah (ilmu
pengetahuan). Ketika Daud memperoleh ilmu dari Allah SWT atau ketika ia
mendapatkan mukjizat maka bertambahlah rasa cintanya kepada Allah SWT
dan bertambah juga rasa syukumya kepada-Nya, begitu juga ibadahnya
semakin meningkat. Oleh karena itu, beliau berpuasa pada suatu hari dan
berbuka pada hari yang lain. Allah SWT sangat mencintai Daud dan
memberinya kerajaan yang besar. Dan masalah yang dihadapi oleh kaumnya
adalah, banyaknya peperangan di zaman mereka. Karena itu, pembuatan baju
besi sangat penting. Baju besi yang dibuat oleh para ahli sangat berat
sehingga seorang yang berperang tidak mudah bergerak dengan bebas ketika
memakai baju besi itu.
Pada
suatu hari, Nabi Daud duduk sambil merenungkan masalah tersebut dan di
depan beliau ada potongan besi yang beliau main-mainkan. Tiba-tiba,
beliau mengetahui bahwa tangannya dapat membikin besi itu lunak. Allah
SWT memang telah melunakkan besi bagi Daud. Lalu Daud memotong-motongnya
dan membentuknya dalam potongan-potongan kecil dan melekatkan sebagian
pada yang lain, sehingga beliau mampu membuat baju besi yang baru, yaitu
baju besi yang terbentuk dari lingkaran-lingkaran besi yang jika
dipakai oleh seseorang yang berperang maka ia akan leluasa untuk
bergerak dan tubuhnya tetap terlindung dari pedang dan kampak. Baju besi
itu lebih baik dari semua baju besi yang ada pada saat itu.
Allah
SWT melunakkan baju besi baginya. Yakni, Nabi Daud adalah orang yang
pertama kali menemukan bahwa besi dapat menjadi leleh dengan api dan ia
dapat dibentuk menjadi ribuan rupa. Kami merasa puas dengan tafsir
seperti ini. Nabi Daud bersyukur kepada Allah SWT. Kemudian banyak
pabrik-pabrik berdiri untuk membuat baju besi yang baru. Ketika selesai
pembuatan baju besi itu dan diberikan kepada pasukannya maka musuh-musuh
Daud mengetahui bahwa pedang mereka tidak akan mampu menembus baju besi
ini. Baju besi yang dipakai oleh para musuh itu sangat berat dan dapat
ditembus oleh pedang. Baju besi yang mereka pakai tidak membuat mereka
bergerak dengan bebas dan tidak dapat melindungi mereka saat berperang,
tidak demikian halnya dengan baju besi yang dibuat oleh Nabi Daud.
Setiap peperangan yang diikuti oleh tentara Daud maka beliau selalu
mendapatkan kemenangan; setiap kali beliau memasuki kancah peperangan
maka beliau merasakan kemenangan. Beliau mengetahui bahwa kemenangan ini
semata-mata datangnya karena Allah SWT sehingga rasa syukurnya
kepada-Nya semakin bertambah dan tasbih yang beliau lakukan pun semakin
meningkat serta kecintaan kepada Allah SWT pun semakin bergelora.
Ketika
Allah SWT mencintai seorang nabi atau seorang hamba dari
hamba-hamba-Nya maka Dia menjadikan manusia juga mencintainya. Manusia
mencintai Nabi Daud sebagaimana burung-burung, hewan-hewan, dan
gunung-gunung pun mencintainya. Raja melihat hal yang demikian itu lalu
timbullah rasa cemburu dalam dirinya. Ia mulai berusaha untuk menyakiti
Nabi Daud dan membunuhnya. Ia menyiapkan pasukan untuk membunuh Daud.
Daud mengetahui bahwa raja cemburu kepadanya. Oleh karena itu, beliau
tidak memerangi raja namun apa yang beliau lakukan? Beliau mengambil
pedang raja saat ia tidur lalu beliau memotong sebagian dari pakaiannya
dengan pedang itu. Kemudian beliau membangunkan raja dan berkata
kepadanya: "Wahai raja, engkau telah berencana untuk membunuhku, namun
aku tidak membencimu dan tidak ingin membunuhmu. Seandainya aku ingin
membunuhmu maka aku lakukan saat engkau tidur. Ini bajumu telah
terpotong. Aku telah memotongnya saat engkau tidur. Aku bisa saja
memotong lehermu sebagai ganti dari memotong baju itu, tetapi aku tidak
melakukannya. Aku tidak suka untuk menyakiti seseorang pun. Ajaran yang
aku bawa hanya berisi cinta dan kasih sayang, bukan kebencian. Raja
menyadari bahwa dirinya salah dan ia meminta maaf kepada Daud."
Kemudian
berlalulah hari demi hari dan raja terbunuh dalam suatu peperangan yang
tidak diikuti oleh Nabi Daud, karena raja itu cemburu kepadanya dan
menolak bantuannya. Setelah itu, Nabi Daud menjadi raja. Masyarakat saat
itu mengetahui bahwa Daud melakukan apa saja demi kebaikan dan
kebahagiaan mereka sehingga mereka rela untuk menjadikannya raja bagi
mereka. Jadi, Daud menjadi Nabi yang diutus oleh Allah SWT sekaligus
menjadi raja. Kekuasaan tersebut justru meningkatkan rasa syukur kepada
Allah SWT dan meningkatkan ibadahnya kepada-Nya serta mendorong beliau
untuk lebih meningkatkan kebaikan dan menyantuni orang-orang fakir serta
menjaga kepentingan masyarakat umum.
Allah
SWT memperkuat kerajaan Daud. Allah selalu menjadikannya menang ketika
melawan musuh-musuhnya. Allah menjadikan kerajaannya sangat besar
sehingga ditakuti oleh musuh-musuhnya meskipun tidak dalam peperangan.
Allah menambah nikmat-Nya kepada Daud dalam bentuk memberinya hikmah.
Selain memberi kenabian kepada Daud, Allah SWT memberi hikmah dan
kemampuan untuk membedakan kebenaran dari kebatilan. Nabi Daud mempunyai
seorang anak yang bernama Sulaiman. Sulaiman adalah anak yang cerdas
dan kecerdasannya itu tampak sejak masa kecilnya. Usia Sulaiman mencapai
sebelas tahun ketika terjadi kisah ini. Allah SWT berfirman:
"Dan
(ingatlah kisah) Daud dan Sulaiman, di waktu keduanya memberihan
keputusan mengenai tanaman, karena tanaman itu dirusak oleh
kambing-kambing kepunyaan kaumnya. Dan adalah Kami menyaksikan keputusan
yang diberikan oleh mereka itu, maka Kami telah memberikan pengertian
kepada Sulaiman tentang hukum (yang lebih tepat); dan kepada
masing-masing mereka telah Kami berikan hikmah dan ilmu. " (QS.
al-Anbiya': 78-79)
Seperti
biasanya, Daud duduk dan memberikan keputusan hukurn kepada manusia dan
menyelesaikan persoalan mereka. Seorang lelaki pemilik kebun datang
kepadanya disertai dengan lelaki yang lain. Pemilik kebun itu berkata
kepadanya: "Tuanku wahai Nabi, sesungguhnya kambing laki-laki ini masuk
ke kebunku dan memakan semua anggur yang ada di dalamnya. Aku datang
kepadamu agar engkau menjadi hakim bagi kami. Dan aku menuntut ganti
rugi."
Daud berkata
kepada pemilik kambing: "Apakah benar bahwa kambingmu memakan kebun
lelaki ini?" Pemilik kambing itu berkata: "Benar wahai tuanku." Daud
berkata: "Aku telah memutuskan untuk memberikan kambingmu sebagai ganti
dari apa yang telah dirusak oleh kambingmu." Sulaiman berkata: "Allah
telah memberinya hikmah di samping ilmu yang diwarisi dari ayahnya— aku
memiliki hukum yang lain, wahai ayahku." Daud berkata: "Katakanlah wahai
Sulaiman." Sulaiman berkata: "Aku memutuskan agar pemilik kambing
mengambil kebun laki-laki ini yang buahnya telah dimakan oleh
kambingnya. Lalu hendaklah ia memperbaikinya dan menanam di situ
sehingga tumbuhlah pohon-pohon anggur yang baru. Dan aku memutuskan agar
pemilik kebun itu mengambil kambingnya sehingga ia dapat mengambil
manfaat dari bulunya dan susunya serta makan darinya. Jika pohon anggur
telah besar dan kebun tidak rusak atau kembali seperti semula, maka
pemilik kebun itu dapat mengambil kembali kebunnya dan begitu juga
pemilik kambing pun dapat mengambil kambingnya." Daud berkata: "Ini
adalah keputusan yang hebat wahai Sulaiman. Segala puji bagi Allah SWT
yang telah memberimu hikmah ini. Engkau adalah Sulaiman yang benar-benar
bijaksana." Nabi Daud—meskipun kedekatannya kepada Allah SWT dan
kecintaannya kepada-Nya—selalu belajar kepada Allah SWT. Allah SWT telah
mengajarinya agar ia tidak memutuskan suatu perkara kecuali setelah ia
mendengar perkataan kedua belah pihak yang bertikai.
Pada
suatu hari Nabi Daud duduk di mihrabnya yang di situ ia salat dan
beribadah. Ketika ia memasuki kamarnya, ia memerintahkan para
pengawalnya untuk tidak mengizinkan seseorang pun masuk menemuinya atau
mengganggunya saat ia salat. Tiba-tiba, beliau dikagetkan ketika melihat
dua orang lelaki berdiri di hadapannya. Daud takut kepada mereka berdua
karena mereka berani masuk, padahal ia telah memerintahkan agar tak
seorang pun masuk menemuinya. Daud bertanya kepada mereka: "Siapakah
kalian berdua?" Salah seorang lelaki itu berkata: "Janganlah takut wahai
tuanku. Aku dan laki-laki ini berselisih pendapat. Kami datang kepadamu
agar kamu memutuskan dengan cara yang benar." Daud bertanya: "Apa
masalahnya?" Laki-laki yang pertama berkata: "Saudaraku ini mempunyai
sembilan puluh sembilan kambing betina, sedangkan aku hanya mempunyai
satu. Ia telah mengambilnya dariku." Ia berkata: "Berikanlah kepadaku,
lalu ia mengambilnya dariku." Daud berkata tanpa mendengar pendapat atau
argumentasi pihak yang lain: 'Sesungguknya dia telah berbuat lalim
kepadamu dengan meminta kambingmu untuk ditambahkan kepada kambingnya.
Dan sesungguhnya dari kebanyakan orang-orang yang berserikat itu
sebagian mereka berbuat lalim kepada sebagian yang lain, kecuali
orang-orangyang beriman.'
Daud
terkejut ketika tiba-tiba dua orang itu menghilang dari hadapannya.
Kedua orang itu bersembunyi laksana awan yang menguap di udara.
Akhirnya, Daud mengetahui bahwa kedua lelaki itu adalah malaikat yang
diutus oleh Allah SWT kepadanya untuk memberinya pelajaran: hendaklah ia
tidak mengambil keputusan hukum di antara dua orang yang berselisih
kecuali setelah mendengar perkataan mereka semua. Barangkali pemilik
sembilan puluh sembilan kambing itu yang benar. Daud tunduk dan bersujud
serta rukuk kepada Allah SWT dan meminta ampun kepada-Nya. Allah SWT
berfirman:
"Dan
sampaikah kepadamu berita orang-orang yang berperkara ketika mereka
memanjat pagar? Ketika mereka masuk (menemui) Daud lalu ia terkejut
dengan (kedatangan) mereka. Mereka berkata: 'Janganlah kamu merasa
takut, (kami) adalah dua orang yang berperkara yang salah seorang dari
kami berbuat lalim kepada yang lain; maka berilah keputusan di antara
kami dengan adil dan janganlah kamu menyimpang dari kebenaran dan
tunjukilah kami ke jalan yang lurus. Sesungguhnya saudaraku ini
mempunyai sembilan puluh sembilan ekor kambing betina dan aku mempunyai
seekor saja. Maka dia berkata: 'Serahkanlah kambing itu kepadaku dan dia
mengalahkan aku dalam perdebatan.' Daud berkata: 'Sesungguhnya dia
telah berbuat lalim kepadamu dengan meminta kambingmu untuk ditambahkan
kepada kambingnya. Dan sesungguhnya dari kebanyakan orang-orang yang
berserikat itu sebagian mereka berbuat lalim kepada sebagian yang lain,
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh; dan
amat sedikitlah mereka ini". Dan Daud mengetahui bahwa kami mengujinya;
maka ia meminta. ampun kepada Tuhannya lalu menyungkur sujud dan
bertaubat. Maka Kami ampuni baginya kesalahannya itu. Dan sesungguhnya
dia mempunyai kedudukan dekat pada sisi Kami dan tempat kembali yang
baik." (QS. Shad: 21-25)
Banyak
cerita dongeng atau bohong yang disampaikan orang-orang Yahudi tentang
godaan yang dialami oleh Daud. Dikatakan bahwa ia tertarik dengan istri
dari salah seorang pemimpin pasukannya lalu ia mengutus pemimpin itu di
suatu peperangan di mana ia mengetahui apa yang terjadi dengannya.
Kemudian Daud menguasai istrinya.
Itu
adalah kepalsuan yang mengada-ada. Manusia yang hatinya berhubungan
dengan bintang tertinggi di langit dan tasbihnya berhubungan dengan
tasbih makhluk-makhluk dan benda-benda mati, maka mustahil baginya untuk
hanya melihat atau tertarik dengan keindahan atau kecantikan wajah
wanita atau fisiknya. Seseorang yang melihat puncak keindahan di alam
dan berhubungan dengannya secara langsung dan menundukkannya dengan
tasbihnya maka mustahil baginya untuk tunduk kepada naluri seksual. Daud
adalah seorang hamba Allah SWT dan tidak mungkin ia menjadi hamba dari
nalurinya sebagaimana yang dikemukakan oleh cerita-cerita palsu Bani
Israil.
Nabi Daud
kembali menyembah Allah SWT dan bertasbih kepada-Nya serta melantunkan
senandung cinta kepada-Nya sampai akhir hayatnya. Nabi Daud berpuasa
sehari dan berbuka sehari. Sehubungan dengan itu, Rasulullah saw
bersabda: "Sebaik-baik puasa adalah puasanya Daud. Beliau berpuasa satu
hari dan berbuka satu hari. Beliau membaca Zabur dengan tujuh puluh
suara; beliau melakukan salat di tengah malam dan menangis di dalamnya,
dan karena tangisannya segala sesuatu pun ikut menangis, dan suaranya
dapat menyembuhkan orang yang gelisah dan orang yang menderita." Nabi
Daud meninggal secara tiba-tiba sebagaimana dikatakan oleh berbagai
riwayat.
Matahari mengganggu manusia, lalu
Sulaiman memanggil burung dan berkata: "Naungilah Daud. Maka burung itu
menaunginya. Dan angin menjadi tenang." Sulaiman berkata kepada burung:
"Naungilah manusia dari sengatan matahari. Burung itu pun tunduk kepada
perintah Sulaiman. Ini untuk pertama kalinya orang-orang menyaksikan
kekuasaan Sulaiman."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar